|
BANDUNG, (PR).Ketika kawasan lain di Kota Bandung dipusingkan dengan persoalan sampah yang menggunung, warga Kel. Margasenang, Kec. Margacinta, boleh bernapas lega. Paling tidak, mesin pembakar sampah karya Ir. Sulistio mampu mengatasi permasalahan sampah. Ditargetkan, dalam satu bulan, Kec. Margacinta mampu mengatasi masalah sampah produksi rumah tangga. Warga Margasenang, khususnya RW 9, sudah mampu mengatasi masalah sampah di lingkungannya. Selama dua bulan warga sudah terbiasa mengolah sampah sendiri dengan menggunakan mesin berupa tungku pembakar karya warga setempat, Ir. Sulistio. Camat Margacinta, Yayan Ahmad, saat menerima Tim Penilai Lomba Kelurahan Tingkat Kota Bandung, Senin (16/5) menyebutkan, penggunaan tungku pembakar sampah karya Ir. Sulistio dapat menjadi salah satu solusi menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. "Selain harganya yang relatif murah dan mudah dipindah-pindah, cara penggunaannya pun sangat mudah dan tidak banyak membutuhkan bahan bakar," ujar Yayan. Hingga saat ini, menurut Yayan, dari 71 RW di Kec. Margacinta baru di Kel. Margasenang warga mengolah sampah dengan menggunakan tungku bakar. "Secara swadaya akan diupayakan secepatnya minimal tiap RW memiliki satu tungku bakar," ujar Yayan. Hingga saat ini, tungku yang digunakan baru berupa tungku bakar generasi 1 dan 2 yang untuk prosesnya dapat menggunakan kayu bakar atau batu bara. Dalam waktu dekat, tungku generasi ke-3 dengan proses yang dapat menggunakan kompor blower dan asap yang dihasilkan sangat kecil, akan segera digunakan. Setiap tungku harganya relatif murah, tidak lebih dari Rp 600 ribu. Sementara untuk tungku generasi ke-3 harganya bisa mencapai Rp 2 juta. Sementara itu, Joko, Ketua RW 9 Kel. Margasenang mengatakan, untuk proses pembakaran sampah yang dihasilkan 22 KK hanya diperlukan waktu dua hari. "Kami biasa membakar setiap Rabu dan Minggu dengan satu kali proses pembakaran sebanyak 50 kg sampah yang memakan waktu 2 jam. Setiap hari dibakar 200 kg sampah," ujarnya. Untuk biaya proses pembakaran, pihaknya mengumpulkan uang kebersihan yang biasa disetorkan saat membayar listrik. "Jadi selama ini, kami sudah sepakat dengan PD Kebersihan untuk tidak membayar iuran karena biayanya kami alihkan untuk memproses sampah sendiri," ujar Joko. Sementara itu dr. Waskito M.P.M., salah seorang anggota Tim Penilai Lomba Kelurahan Tingkat Kota Bandung, yang juga staf di Dinas Kesehatan Kota Bandung mengatakan, untuk proses pembakaran sampah menggunakan tungku bakar karya Ir. Sulistio, dinilainya relatif aman. (A-87) Post Date : 16 Mei 2006 |