|
Jakarta, Kompas - Salah satu teknologi alternatif pengendalian banjir di Jakarta dan sekitarnya, yaitu deep tunnel atau terowongan tandon air dalam tanah, direkomendasikan untuk tahap awal berada di bawah Proyek Kanal Barat sepanjang 17 kilometer. Terowongan tandon air itu akan membentang dari Manggarai sampai Muara Angke, dengan perkiraan investasi pembangunannya mencapai Rp 4,4 triliun, dan berkapasitas 30 juta meter kubik. "Jika pemerintah menetapkan solusi penanganan banjir dengan pembuatan deep tunnel, pada tahap awal dibutuhkan studi kelayakannya, termasuk pemantauan kondisi rawan gempa," kata Firdaus Ali, pakar teknologi lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), pekan lalu. Investasi Rp 4,4 triliun dinilai jauh lebih rendah daripada nilai kerugian yang ditimbulkan akibat banjir. Sesuai data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, nilai kerugian akibat banjir di Jakarta dan sekitarnya pada 2002 mencapai 9,9 triliun, sedangkan banjir pada 2007 mengakibatkan kerugian Rp 8,8 triliun. "Deep tunnel nantinya tidak hanya untuk mengendalikan banjir, tetapi juga untuk memanen air di musim hujan. Selanjutnya, volume air yang tertampung ke dalam tandon berkapasitas 30 juta meter kubik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum yang kini mulai menjadi krisis di Jakarta," ujarFirdaus. Menurut Firdaus, akibat kompleksitas beban Jakarta maka deep tunnel dapat difungsikan pula untuk pengelolaan limbah cair. Selain itu, jika ingin meniru di Kuala Lumpur, deep tunnel sekaligus dapat dijadikan semacam terowongan jalan. "Pada saat musim kemarau, terowongan tersebut bisa difungsikan sebagai jalan. Akan tetapi, ketika pada musim hujan maka terowongan menjadi saluran air hujan," kata Firdaus. Bisa terlupakan Sementara itu, Riant Nugroho, anggota Badan Regulator PAM DKI Jakarta, mengingatkan bahwa isu pengendalian banjir di Jakarta saat ini bisa hilang dan terlupakan begitu saja. Oleh karena itu, momentum pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada pertengahan 2007 diharapkan dapat digunakan untuk memberi harapan agar isu ini bisa kerkelanjutan. "Isu pengendalian banjir atau penataan lingkungan di Jakarta diharapkan jadi bagian dari kampanye dan kontrak sosial warga yang akan memilih gubernur di Jakarta nanti," kata Riant. Deep tunnel di bawah Proyek Kanal Barat, menurut Riant, diharapkan akan berlanjut untuk wilayah-wilayah lainnya di Jakarta. Pada akhirnya, diharapkan mampu menjadi suatu sistem konservasi air yang menyeluruh di Jakarta. "Jika ada keterlambatan penerapan teknologi seperti ini, akan ada kekhawatiran Kota Jakarta makin terancam tenggelam setiap kali memasuki musim hujan," kata Riant. Kekhawatiran itu berlandaskan terkait adanya perkiraan penurunan tanah sembilan sentimeter setiap tahun, sehingga pada saat ini diperkirakan 60 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut. Data yang menyebutkan bahwa 40 persen wilayah Jakarta di bawah permukaan laut, kata Riant, itu merupakan data penelitian pada tahun 1985. (NAW) Post Date : 13 Maret 2007 |