Cileuncang pun Sudah Setinggi Setengah Betis...

Sumber:Pikiran Rakyat - 11 April 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SALURAN drainase yang berubah menjadi bangunan, adalah penyebab utama banjir cileuncang di Kota Cimahi. Kondisi itu, masih diperparah dengan kondisi saluran drainase yang dijadikan tempat pembuangan sampah (TPS) oleh sebagian masyarakat.

Paling tidak, pemandangan tersebut terlihat di sekitar RW 4 Kel. Cibabat Kec. Cimahi Utara. Menurut Komariah (54), warga setempat, saluran air ditutup warga sejak lama sehingga tak ada celah untuk mengalirkan air hujan. Kan, tanahnya juga masuk ke lahan milik pribadi, jadi, banyak yang dijadikan bangunan, katanya.

Biasanya, menurut Komariah, banjir tidak sampai masuk ke rumah. Tapi sekarang tinggi sekali, sampai setengah betis. Selokan yang semula ditutup, jebol karena airnya kencang. Jadinya, masuk ke rumah, ujarnya.

Akibat penutupan saluran drainase, debit air hujan yang tinggi melimpas ke jalanan dan mengakibatkan cileuncang, seperti di sepanjang Jln. Raya Cibabat, Selasa (10/4). Hujan deras selama 30 menit saja, mengakibatkan air limpasan berakumulasi di pertigaan Jln Cihanjuang sampai setinggi lutut orang dewasa. Upaya normalisasi saluran arah utara Cihanjuang-Cibabat sudah dilakukan sejak Minggu (8/4), namun hujan kembali turun sebelum pekerjaan tersebut selesai.

Praktis, kondisi itu mengakibatkan kemacetan di sepanjang Jln. Raya Cibabat. Untuk mengurai konflik kendaraan, petugas mengalihkan jalur kendaraan dari arah Padalarang menuju Bandung berbelok di Jln. Cihanjuang menuju Jln. Pesantren.

Banjir tersebut terjadi selama tiga hari berturut-turut. Sudah tiga hari, saya selalu kebagian macet di Cibabat. Banjir cileuncang-nya lumayan tinggi, jadinya banyak pengendara yang nggak berani melintas. Akhirnya, mandek di jalan dan menghalangi pengendara lain, ujar salah seorang pengendara mobil, Ahmad Aji (40), ketika ditemui di lokasi.

Tiga grup

Tiga grup pemadam kebakaran diturunkan di beberapa titik cileuncang untuk mengurangi debit air limpasan, terutama di Jln. Raya Cibabat, kawasan Padasuka, dan kawasan Cipageran-Citeureup. Sejumlah petugas yang ditemui di Jln. Raya Cibabat terpaksa menjebol pembatas trotoar agar bisa mengalirkan air ke drainase. Sodetan di Blok C Cihanjuang pun dibersihkan dari sampah yang menumpuk di dalam saluran drainase.

Menurut Kepala UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi Rudi Priadi, upaya untuk mengurangi cilieuncang baru bisa dilakukan secara manual dengan membongkar pembatas trotoar. Paling dibongkar saja. Kalau air lama tak surut, akan disedot dengan mobil damkar, tapi minimal airnya setinggi 60 cm, katanya. Karena seringnya banjir cileuncang, tiga grup pemadam kebakaran siaga 24 jam.

Kabid Prasarana Kota Dinas Tata Kota Cimahi Boy Iman Nugraha menyatakan, perubahan fungsi saluran drainase menjadi bangunan mengakibatkan luas penampang drainase menurun. Akibatnya, daya tampung air juga berkurang. Belum lagi ditambah penyempitan di beberapa titik, ujarnya.

Boy menegaskan, perlu partisipasi masyarakat untuk memelihara drainase, baik di musim hujan maupun musim panas. Fungsi saluran sangat dibutuhkan. Untuk musim hujan, digunakan sebagai pengarah arus air ke saluran induk di Kali Cimahi, katanya. Dia menambahkan, sodetan baru di Jatiserut mutlak harus dikerjakan tahun ini, sehingga bisa memecah aliran air ke Kali Cimahi dan Kali Cilember. (Ririn N.F/PR)



Post Date : 11 April 2007