|
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah salah satu PDAM yang rutin melakukan kampanye air kepada anak-anak. Uniknya, selain sebagai edukasi dan pemahaman kepada anak-anak, PDAM Tirta Pakuan memanfaatkan kegiatan ini sebagai salah satu sarana sosialisasi kenaikan tarif. Hampir setiap tahun, terutama pada saat hari jadinya, PDAM Tirta Pakuan melakukan open house di beberapa sarana yang dimiliki, terutama di instalasi pengolahan air (IPA). Menurut Kabag Produksi PDAM PDAM Tirta Pakuan Henry Darwin, kegiatan yang disebut sebagai school campaign ini telah sejak lama dilakukan dan menjadi salah satu kegiatan rutin PDAM-nya. "Sudah sejak lama dan kita lakukan terus menerus. Program ini kita tawarkan ke sekolah-sekolah, namun terkadang karena sudah tahu ada program seperti ini, sekolah itu sendiri yang mengajukan permintaan. Program ini kita sebut school campaign,” kata Henry kepada Majalah Air Minum, saat ditemui di kantornya belum lama ini. Kenapa kita melakukan kegiatan seperti ini, lanjut Henry, karena suara anak terkadang lebih didengar oleh para orangtua. Jadi sosialisasi yang disampaikan kepada anak, diharapkan akan diceritakan si anak kepada ibu, bapak, saudara-saudara atau teman-temannya. ”Rata-rata setiap kali kunjungan ada sekitar 40 anak mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruab tinggi dan masyarakat umum. Saat melihat langsung ke instalasi, mereka cukup antusias. Kan suatu hal yang menarik bagaimana air yang kuning tiba-tiba menjadi air minum. Dan tak hanya anak-anak dari kota Bogor saja, anak-anak dari Jakarta pun pernah melakukan kunjungan ke PDAM kita” terangnya. Kaitan tarif Masih menurut Henry selama ini pemahaman masyarakat Kota Bogor terhadap keberadaan air masih sedikit rendah. Salah satu faktornya karena masih ada anggapan yang menyebutkan apa suashnya memperoleh air bersih di Kota Bogor, apalagi Bogor terkenal dengan sebutan Kota Hujan. Nilai-nilai edukasi yang disampaikan kepada anak-anak diharapkan bisa merubah anggapan para orangtua. Dengan melihat proses pengolahan air secara lengkap, mereka akan tahu betapa susah mengolah air baku menjadi air siap minum. Dan untuk mendapatkan air yang diharapkan tersebut, tentunya membutuhkan biaya yang tidak kecil. ”Nah kaitannya ke masalah tarif. Di samping kesulitan-kesulitan, kepada anak-anak juga diterangkan berapa biaya yang diperlukan per liternya untuk menjadikan air baku menjadi air minum,” kata Henry yang pernah mejabat kabag Transmisi Distribusi, Kabag Litbang dan Kabag Humas PDAM Tirta Pakuan ini. Meski belum ada penelitian khusus seberapa efektif hasil dari program school campign kepada anak-anak, namun Henry optimis kegiatan seperti ini setidaknya bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya menjaga dan berhemat air. Apalagi, perilaku boros air masyarakat Kota Bogor masih sangat tinggi. Selain kebiasaan, faktor tekanan air yang cukup tinggi (rata-rata 2 bar) juga sangat berpengaruh. Kran diputar sedikit saja bisa menyemprotkan air hingga beberapa liter. Diharapkan dengan melakukan kampanye kepada anak-anak, mereka bisa menyampaikan kepada orang tua mereka tentang pentingnya berhemat air. Ahmad Zazili Post Date : 30 Juli 2008 |